Catatan harian itu pernah menjadi tren di masa lalu. Dimana remaja di masa lalu sempat membudayakan saling tukar catatan harian. Yang mana budaya ini sekarang sudah tidak ada atau jarang sekali ditemui lagi. Bahkan beberapa orang malah mengejeknya kalau masih melakukan kebiasaan itu.
Muda-mudi di jaman sekarang akan menganggap catatan harian kuno dan ketinggalan jaman. Padahal kalau dilihat dari sisi lain, catatan harian itu ada yang bisa mengubah sejarah.
Banyak sejarah-sejarah yang referensinya dari catatan harian tokoh zaman dulu. Bahkan ada yang mengubah sejarah yang selama ini sudah terlanjur tersebar.
Tentunya kita tidak akan sejauh itu.
Untuk kepentingan pribadi, kita bisa meniliti perkembangan jiwa kita lewat buku catatan harian kita. Pernahkan kita menjumpai status kita di media sosial waktu jaman dulu sekali? Apa yang kita rasakan ketika membacanya?
Malu? Marah pada diri sendiri?
Ah! Kalau itu yang kamu rasakan, selamat, kamu tidak sendirian.
Pada umumnya orang akan malu sendiri melihat catatan harian mereka ketika mereka sudah beranjak dewasa. Namun dari sanalah kita tahu perkembangan kita. Kita tahu kelebihan dan kelamahan kita. Tercatat secara otentik lewat catatan harian itu.
Di jaman sekarang, ada yang mencatat catatan hariannya lewat digital. Artinya tidak menggunakan buku dan alat tulis manual lagi. Mereka mengetiknya dan menyimpanya untuk diri mereka sendiri.
Tidak masalah. Selama kamu mendapat manfaat dari sana, tentu tidak apa-apa.
Namun ada kelebihan kalau kita mencatatnya dengan manual. Terutama sekali kalau kita bisa sedikit mempelajari ilmu membaca karakter tulis tangan. Itu adalah informasi yang akan berguna untuk membantu mengetahui kelemahan dan kelebihan kamu.
Atau setidaknya kamu tetap menjaga keterampilan tangan kamu dalam menggerakan pena. Dimana kalau kamu suka karya seni rupa, hal itu akan sangat membantu.
Apapun itu, jangan lupa untuk menyediakan secangkir kopi di sampingmu kalau kamu sedang menulis catatan harian kamu.